Geger Beruk Muncul di Tengah Jalan Cimerak-Legokjawa
Pendahuluan
Geger Beruk Muncul di Tengah Jalan Cimerak. Sebuah pemandangan tak lazim menghebohkan warga dan para pelancong yang melintasi jalur Cimerak-Legokjawa, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, pada Senin (28/4/2025) siang. Seekor beruk liar, dengan ciri khas rambut cokelat kekuningan dan ekor pendeknya yang menyerupai babi, tiba-tiba muncul dan bersantai di tengah ruas jalan yang menghubungkan dua destinasi wisata populer di pesisir selatan Pangandaran tersebut. Kehadirannya yang tenang namun janggal sontak menjadi pusat perhatian dan memicu berbagai spekulasi di kalangan masyarakat.
Geger Beruk Muncul di Tengah Jalan Cimerak. Momen langka ini berhasil diabadikan oleh beberapa pengguna jalan yang terkejut dengan penampakan tersebut. Beberapa pengendara bahkan terpaksa memperlambat laju kendaraannya untuk menghindari menabrak hewan primata tersebut, sambil tak lupa mengabadikan momen unik ini. situs slot gacor andalan sejak 2019 di situs totowayang rasakan kemenangan dengan mudah.
Penjelasan BKSDA: Bukan Penghuni Asli Cagar Alam Pangandaran
Menindaklanjuti laporan dari masyarakat yang resah dengan kemunculan tersebut, tim dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Pangandaran segera diterjunkan ke lokasi kejadian. Namun, setibanya petugas di jalur Cimerak-Legokjawa, misterius itu sudah tidak lagi terlihat. Diduga kuat, hewan tersebut telah bergerak kembali menuju kawasan hutan atau perkebunan yang berbatasan dengan jalan raya.
Primata yang umum dijumpai di wilayah konservasi tersebut adalah monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dan lutung (Trachypithecus auratus). Fakta ini semakin memperkuat dugaan bahwa beruk yang muncul di tengah jalan itu berasal dari luar kawasan Pangandaran.
Dugaan Kuat: Beruk Peliharaan yang Ditelantarkan
Petugas TWA Cagar Alam Pangandaran, Hadiat Kelsaba alias Encek, dengan nada prihatin menyampaikan imbauannya. “Kemungkinan besar ini buangan dari daerah lain. Kalau memang tidak sanggup memelihara, lebih baik diserahkan langsung kepada kami. Kami memiliki fasilitas dan tenaga ahli untuk merawat satwa liar dengan baik,” ujarnya. Encek menekankan bahwa memelihara beruk sebagai hewan kesayangan sangat tidak ideal. Beruk adalah hewan sosial dengan kebutuhan ruang gerak dan interaksi yang kompleks, yang sulit dipenuhi dalam lingkungan rumah tangga. Selain itu, kepemilikan satwa liar tertentu tanpa izin resmi merupakan pelanggaran hukum yang dapat dikenakan sanksi.
Risiko dan Imbauan Keselamatan bagi Masyarakat
Kemunculan beruk liar di area publik seperti jalan raya tidak hanya menimbulkan kehebohan tetapi juga membawa potensi risiko. Meskipun beruk yang terlihat di video tampak tenang, satwa liar pada dasarnya memiliki insting dan perilaku yang sulit diprediksi, terutama jika merasa terancam atau terpojok. Interaksi yang tidak tepat dengan beruk dapat berujung pada gigitan atau cakaran yang berpotensi membahayakan keselamatan manusia.
Oleh karena itu, pihak KSDA Pangandaran mengimbau kepada seluruh masyarakat, khususnya yang berada di sekitar jalur Cimerak-Legokjawa, untuk tidak mencoba mendekati atau menangkap sendiri beruk tersebut jika kembali terlihat. Langkah terbaik adalah segera melaporkan keberadaannya kepada petugas KSDA atau pihak berwenang lainnya. Informasi yang akurat mengenai lokasi dan waktu penampakan akan sangat membantu petugas dalam melakukan penangkapan dan evakuasi beruk dengan aman.
Upaya Pemantauan dan Edukasi Masyarakat
Pasca kejadian kemunculan beruk yang menghebohkan tersebut, petugas KSDA Pangandaran meningkatkan upaya pemantauan di sekitar jalur Cimerak-Legokjawa dan kawasan hutan yang berdekatan. Tujuannya adalah untuk segera menemukan kembali beruk tersebut dan melakukan penangkapan yang aman untuk kemudian direhabilitasi atau dikembalikan ke habitat yang sesuai, jika memungkinkan.
Kesimpulan
Insiden kemunculan beruk di tengah jalan raya ini menjadi pengingat bagi kita semua tentang kompleksitas interaksi antara manusia dan alam. Aktivitas manusia yang tidak bertanggung jawab, seperti memelihara dan kemudian menelantarkan satwa liar, dapat menimbulkan masalah baru dan mengancam keseimbangan ekosistem. Diharapkan, misteri beruk di jalur pantai selatan Pangandaran ini dapat segera terungkap dan menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak.